Game Review: The Evil Within 2 (PS4)


The Evil Within 2 merupakan sebuah game bertemakan psikologis horror survival dengan sudut pandang orang ketiga, game ini published oleh Bethesda Softworks. Game seri pertamanya dengan judul yang sama The Evil Within di release pada Oktober 2014, dan setelah 3 tahun The Evil Within 2 Oktober 2017 di release untuk PS4. The Evil Within 2 sendiri merupakan kelanjutan langsung dari seri pertamanya (3 tahun setelahnya), dengan tokoh protagonist yang sama yakni Sebastian Castellanos seorang detektif dari kota Kansas yang berhasil lolos dari kejadian di Rumah Sakit Jiwa Beacon. Pada seri ke dua ini tokoh utama harus sekali lagi masuk ke dunia STEM yang merupakan sebuah realita buatan yang di buat oleh sebuah organisasi bernama MOBIUS.
Saya pribadi belum memainkan seri pertamanya, namun saya langsung mencoba untuk mengikuti seri ke 2 ini di karena saya lebih suka dengan gameplay barunya yang sedikit berubah, yakni mengambil tema semi open world namun tetap mengusung tema utama nya yakni survival horror. Jika kita memainkan langsung ke seri ke 2 ini sebenarnya tidak ada masalah, saya bisa langsung masuk ke dalam cerita nya dan memahami background dari tokoh utama, dan jangan takut, cuplikan-cuplikan atau bayang-bayang kejadian di peristiwa rumah sakit jiwa kota Beacon akan muncul di seri ke 2 ini, jadi kita yang tidak mengikuti bisa ada bayangan terhadap kejadian tersebut.
Langsung ke pembahasan story line dari game ini, karena di atas saya sudah bercerita sedikit tentang awal cerita game ini. Berawal dari sebuah kenangan tokoh Sebastian tentang kecelakaan yang membuat rumahnya terbakar, dan tokoh utama berusaha untuk menyelamatkan anaknya yang terperangkap di dalam rumah tersebut, adegan tersebut menjadi pembukaan dari game ini, dari sini kita sudah di berikan sebuah gambaran tentang tokoh utama, yang traumatic dan merasa bersalah atas masa lalunya, karena gagal menyelamatkan keluarganya. Contoh kecil cuplikan cerita yang menurut saya merupakan sebuah awal yang menarik, dan ternyata saya tidak salah, alur cerita dari game ini cukup mudah untuk di ikuti dan memiliki cerita yang menarik dan selalu membuat penasaran. Tokoh-tokoh pendukung lainnya juga tidak terlalu banyak, namun memiliki porsi yang pas dan memiliki peran yang cukup penting terhadap petualangan tokoh utama.
Game ini bukan game horror biasa namun sebuah game horror yang akan menyerang psikologis pemainnya, berbagai macam adegan yang tidak pernah terbayangkan oleh kita di tampilkan oleh game ini, adegan brutal, anggota tubuh yang berceceran, organ dalam di mana-mana, darah yang berceceran dan lain sebagai nya membuat game ini memiliki tingkat horror yang traumatic, membuat saya kadang geleng-geleng kepala saat melihatnya. Game ini juga memiliki 3 tingkatan boss utama yang berbeda membuat cerita dari game ini cukup padat dan setiap boss tersebut memiliki tujuannya masing-masing. Sebenarnya game ini mengingatkan saya akan game berjudul Silent Hill (1999) dan cerita serta dunianya cukup mirip, dimana seorang ayah yang mencari putrinya yang hilang di dunia yang sangat mengerikan.
Seperti yang saya bilang di atas, salah satu yang saya suka dari game ini adalah tema semi open world nya, dimana kita tidak jenuh berputar-putar dalam satu gedung atau bangunan tertentu saja, namun dari game ini kita di sajikan suasana kota terbuka yang hancur dan ada mahluk-mahluk zombie yang berkeliaran di sekitaran kota tersebut, ada juga arena hutan yang terlihat indah membuat mata kita beristirahat sejenak dari ketegangan game ini. Tema bertahan hidupnya pun cukup terasa, dimana kita harus mencari peluru dan berbagai macam komponen part yang tersebar di seluruh kota untuk men upgrade senjata yang kita miliki, di awal cerita kita juga cuma memiliki senjata pistol dan benar-benar sedikit demi sedikit kita mulai menemukan senjata-senjata lang lebih bagus.
Namun lucunya game ini adalah karakter utama sering sekali mengucapkan kata "what the hell", dalam berbagai macam ke kengerian yang di temukan nya, membuat saya berfikir harusnya tokoh utama sudah biasa karena sudah mengalami kejadian diluar nalar berkali-kali di seri pertamanya dan kedua. 
Grafis yang di sajikan dari game cukup bagus, sudah layak di bandingkan dengan game-game next generation di PS4. Yang menarik menurut saya adalah efek darah menyembur yang terlihat berlebih, membuat game ini menjadi cukup gore, ada pula saat kita menembak musuh dengan Shotgun maka serpihan anggota tubuhnya yang kecil-kecil akan menempel di rambut kita. Zombie atau monster dari game ini cukup brutal, dan sangat gesit, dan seperti punya kecerdasan untuk menghindar dari tembakan kita. Para musuh ini juga tidak jarang memegang senjata seperti pisau, kapak dan bom molotov, dan mereka bisa melemparkan senjata itu ke arah kita.
Namun sebenarnya game ini memberikan kita pilihan gameplay, zombie-zombie bisa kita lawan untuk mendapatkan zat hijau lebih banyak untuk upgrade skill kita atau kita bisa melewati musuh-musuh ini tanpa melawan mereka untuk lebih menghemat amunisi senjata. Sampai-sampai ada perkelahian dengan boss yang bisa kita skip, alias kabur meninggalkan boss tersebut. Ada juga boss yang tidak bisa kita bunuh, dan bentuknya seperti kuntilanak , yang bisa menembus-nembus tembok, hal ini membuat tokoh utama harus bersembunyi dan menunggu, membuat kita yang memainkan nya menjadi deg degan setengah mati.
Untuk background sound dari game ini cukup bagus sekali, cukup menegangkan ada suara wanita tertawa di kejauhan, suara hembusan nafas zombie yang seakan-akan mau lari mengejar kita, sampai suara binatang-binatang di sekitar membuat atmosphere dari game ini terasa hidup. Namun cukup di sayangkan variasi atau macam dari musuhnya tidak terlalu banyak, membuat kita akan melihat musuh dengan bentuk yang itu-itu saja.
Boss battle dari game ini cukup seru dan menantang kita harus tau waktu yang tepat kapan harus menghindar dan kapan ada celah untuk menyerang, boss yang sifatnya psychopath membuat kengerian dari game ini cukup meningkat, kurang apa lagi coba sebuah dunia yang realitanya dibuat dari pikiran serang pembunuh psychopath gila, membuat kita melihat sebuah pemandangan yang lain dari pada yang lain. Tampilan fisik dari karakter utama juga berubah seiring dengan perjalanan yang kita tempuh, luka pada wajah, bercak darah pada badan kadang tidak hilang, membuat kita merasakan kalau tokoh utama sudah melalui sebuah kejadian yang cukup berat, tampilan berantakan tokoh utama di akhir cerita terlihat sekali kalau sudah lelah dan depresi.
Mekanisme semi RPG dari game ini juga membuat durasi game menjadi lebih lama, saya menamatkan game ini dalam level hard membutuhkan waktu 17 jam, dengan keliling-keliling, keluar masuk rumah, mengais berbagai macam gear yang tersebar di mana-mana dan tentunya level up, supaya game ini menjadi lebih mudah. Di level hard kita masih terbantu dengan auto-save jadi kalau mati pada bagian tertentu kita mengulang tidak terlalu jauh. Beberapa minus yang saya dapatkan adalah, beberapa karakter pendukung tidak di render dengan baik, sehingga terlihat kontras sekali saat karakter tersebut berbicara dengan karakter utama, dimana karakter utama terlihat begitu detail, namun karakter pendukungnya terlihat seperti di render apa adanya.
Overall saya sangat suka sekali sama game ini, dan saya sangat merekomendasikan game ini untuk teman-teman mainkan. Rencana saya akan menamatkan 1 kali lagi di level very hard. Cerita yang solid yang diceritakan dari berbagai macam kejadian, seperti dokumen dan kenangan dari tokoh utama membuat kita menjadi lebih paham cerita dari game ini. Game play yang bervariasi, dimana kita bisa memilih untuk bermain secara sembunyi-sembunyi, menembak musuh dari jauh dengan senjata Sniper Rifle atau bermain secara-terang terangan dengan Shotgun membuat game ini terasa tidak membosankan. Durasi dari cerita game ini saya rasa sudah cukup, 6 jam jika bermain terburu-buru atau 17 jam jika bermain santai seperti saya.

Score dari saya : 9/10

Saya memainkan di PS4 Pro mode resolusi 1080p, TV 4K, HDR ON

No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.