Review: Shadow of Tomb Raider (PS4)
Backstory dari game ini mengambil cerita kebudayaan Maya kuno, di mana kebudayaan ini terkenal tentang arsitektur bangunan, kalender dan keahlian suku maya dalam menghitung pergerakan benda-benda antariksa (astronomi). Salah satu hal lain yang terkenal pada peradaban ini adalah, tentang pengorbanan manusia, untuk memuaskan dewa-dewi yang di percaya oleh suku Maya, di game ini juga ide tersebut digunakan menjadi ide pokok yang akan kita saksikan pada ending dari game ini.
Gameplay secara keseluruhan Shadow of the Tomb Raider ini masih sama seperti game pendahulunya, di mana tokoh Lara akan memecahkan berbagai macam teka teki yang terdapat pada sebuah makam kuno, lalu mulai beranjak ke teka-teki berikutnya yang lebih kompleks. Setiap makam memiliki tema berbeda-beda yang lumayan unik. Menurut saya tingkatan teka-teki tidak terlalu sulit untuk di pecahkan, membuat teka-teki tersebut masih memiliki unsur fun dalam menyelesaikannya. Saya menamatkan game ini sebanyak 3x, pertama memakan waktu sekitar 40 jam, saya mencari semua dokumen, menyelesaikan semua misi sampingan dkk. Kedua memakan waktu 12 jam, saya memainkan di level paling sulit dan yang ke tiga memakan waktu sekitar 5 jam, saya skip semua cut scene dan murni hanya menyelesaikan misi utama. Gameplay di Youtube.
Grafis dari game ini terlihat tidak terlalu indah, namun menurut saya merupakan yang terbaik dari 3 seri sebelumnya, saat memasuki beberapa makam kuno, terlihat ukiran kompleks yang timbul pada permukaan dinding dan lantai, hal ini sangat jarang saya lihat pada game-game sejenis ini. Ukiran dinding yang kompleks ini hampir mirip seperti saat saya lihat pada demo unreal engine 5 untuk PS5. Sayangnya entah kenapa saat memasuki kota utama Paititi, terasa kurang indah untuk di explorasi. Dari segi cahaya sebagian besar game ini mengambil setting sore hari, sehingga cahaya terlihat sangat bagus, implementasi HDR cukup terasa karena sebagian besar setting arena adalah arena makam yang gelap dengan satu atau dua sumber cahaya.
Cerita dari game ini merupakan sebuah penutup dari 2 cerita Tomb Raider sebelumnya, dan di sajikan dengan cukup bagus, proses pengembangan karakter Lara Croft dimulai dari awal game, dia terlihat masih ceroboh, dan hanya mementingkan diri sendiri tidak mau mendengarkan nasehat temannya, adegan tersebut tersampaikan saat Lara mengambil sebuah pisau keramat yang akhirnya mengakibatkan 4 bencana besar. Kemudian di pertengahan game, itu merupakan sebuah puncak di mana Lara menjadi lepas kendali dan membunuh banyak musuh tanpa pandang bulu, dia dimakan api amarah dendam karena temannya yang terbunuh. Di sinilah puncak dari proses kita menyaksikan bayangan tergelap dari tokoh Lara Croft, namun sama halnya seperti proses gerhana matahari, saat sudah pada posisi puncak, maka bayangan bulan akan mulai turun dan cahaya matahari akan mulai muncul kembali.
Lara Croft pun menyesal, dia menangis saat selesai melakukan pembantaian tersebut, karakter Lara akhirnya tumbuh menjadi lebih baik, di ending dia berhasil melewati godaan terberat dari dewa Kukulkan, sebuah godaan yang memungkinkan dia untuk kembali ke dunia, di mana Lara bisa kembali hidup bahagia dengan keluarganya yang utuh. Lara mulai mau mendengarkan pendapat dari temannya, "Seburuk apa pun dunia ini sekarang, ini adalah dunia di mana orang yang kucintai tinggal". Pada akhirnya Lara Croft berhasil menyelesaikan Arc ini, dengan secara ikhlas mau berkorban demi kebaikan umat manusia. Sebuah cerita yang cukup menyentuh.
Game ini juga menggunakan media kobaran api sebagai gambaran emosi dari karakter utama, jadi saat terjadi sebuah dialog biasanya di sekitar karakter Lara akan terlihat sebuah kobaran api yang menyala, kobaran api ini akan terlihat semakin membara, seiring dengan proses perjalanan dari tokoh utama. Kobaran api ini juga digunakan untuk mempercantik tampilan cahaya yang memantul mengenai karakter utama. Teknik kobaran api ini juga saya temui dari game The last of Us Part 2 dan kalau film teman-teman bisa tonton film dengan judul Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017).
Berbicara masalah Shadow/bayangan, saya mau kasih sedikit informasi yang mungkin akan menambah inside untuk teman-teman semua, tentang konsep bayangan yang ada dalam psikologis diri setiap manusia.
Carl Gustav Jung (1875-1961) seorang ahli psikolog dan psikiater asal negara Switzerland, Carl Jung dikenal karena dia mengembangkan cabang baru dari dunia psikologis, yang bahkan masih di gunakan hingga saat ini, cabang baru tersebut kita kenal dengan Psikologi analitik. Dalam salah satu pemikiran-nya, Carl Jung menyebutkan, saat manusia pertama kali lahir ke muka bumi, yang ikut lahir akan ada 3 hal, pertama adalah tubuh fisik, lalu jiwa dan terakhir yang paling sering terabaikan adalah bayangan dari diri kita. Bayangan ini akan selalu ada, dan ikut tumbuh berkembang mengikuti bentuk dari raga fisik kita, bayangan ini akan selalu mengikuti kita dan selalu akan menemani kita hingga kita mati.
Karl Jung menganalisis psikologis manusia, dan mengategorikannya menjadi beberapa lapisan,
- Persona : Suatu kepribadian atau identitas yang diciptakan secara sadar, dalam bahasa latin artinya sebuah "topeng" yang dikenakan oleh aktor Romawi untuk mengekspresikan perannya dalam sebuah panggung pertunjukan. Pada manusia Persona ini yang kita tampilkan saat kita berada di publik, sebuah image yang melekat pada diri kita yang ingin di perlihatkan ke publik.
- Ego : Dalam bahasa latin yang artinya "Aku", merupakan sebuah cahaya kesadaran pada psikologis manusia yang sifatnya terorganisir serta merupakan bagian struktur kepribadian yang mencakup fungsi defensif, persepsi, intelektual-kognitif, dan eksekutif.
- Shadow : Bayangan merupakan salah satu aspek dari alam bawah sadar di mana kepribadian Ego tidak sadar akan keberadaan dari bayangan ini. Singkatnya, bayangan adalah sisi yang tidak diketahui. Bayangan dapat mencakup segala sesuatu di luar cahaya kesadaran dan sifatnya bisa positif atau negatif. Namun sering kali pola dasar dari bayangan ini memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia atau lebih tepatnya bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan.
Overall game ini merupakan game yang cukup bagus, ceritanya juga menarik untuk di ikuti dan bisa di sampaikan dengan sangat baik kepada para pemainnya. Aspek RPG yang di masukan dalam game ini membuatnya menjadi berbeda dengan seri Uncharted, walaupun ceritanya tidak se-dalam seri Uncharted. Saya cukup puas dengan game ini, merasakan perasaan tokoh utama dalam menyelesaikan petualangannya, ikut berkembang ke arah yang lebih baik, emosi dari Lara Croft yang naik turun membuatnya terlihat manusiawi. Bahkan menurut saya dari segi penyampaian cerita game ini malah lebih bagus dari film adaptasi terbarunya di tahun 2018.
Game ini sangat tidak cocok di dimainkan bagi penderita Claustrophobia, Sebuah ketakutan yang berlebihan terhadap ruang sempit atau tertutup, dalam game ini kita akan menyaksikan Lara menyusuri lorong sempit, gelap dan akan sangat tidak nyaman jika di saksikan oleh penderita penyakit tersebut. Dari awal memang tujuan dari game ini adalah bermain dengan psikologis dari pemainnya. Saya juga tidak menyangka kalau berenang dan menyelam mengambil porsi yang cukup banyak dari game ini.
Saya mau cerita sedikit mengenai adegan horor dalam game ini, di mana karakter Lara, sudah lama di dalam air dan mau kehabisan nafas, saat mau naik ke permukaan air, di atas terlihat bayangan ada anak kecil yang sedang dada-dada, saat sudah sampai di permukaan, di situ tidak ada orang sama sekali.. dalam hati saya, Buset deh, tadi apaan?.
Score dari saya :
8/10
Dimainkan di :
PS4 Pro, HDR, 4K Auto motion ON.
Album Gameplay : https://ibb.co/album/SQ21yb
Leave a Comment