Cerita Games : Bagaimana Sebuah Cerita Cinta Diceritakan Dalam Video Games

Cerita percintaan dalam video games dapat di sampaikan dengan sangat baik saat game tersebut mulai menggunakan aktor pengisi suara. Saat karakter-karakter di dalamnya mulai bisa berdialog antar satu sama lainnya, ini otomatis akan menyalurkan perasaan serta emosi dari karakter tersebut. Era ini kita mulai saat berada di PlayStation generasi ke 2. Genre game JRPG tentunya tidak lepas dari bumbu-bumbu cerita cinta yang ada di dalamnya. Salah satu cerita percintaan dalam sebuah video game yang menurut saya paling sempurna adalah pada seri game Final Fantasy X (2001). Hingga era PS4-PS5 pun menurut saya belum ada game yang bisa mengalahkan bagai mana cerita cinta di sampaikan, sebaik dalam game Final Fantasy X.

Pada Final Fantasy 7, Cerita cinta Cloud dan Aerith masih menggunakan text dan gerakan tubuh, jadi hal tersebut masih kurang efektif, begitu pula pada Final Fantasy 8 dan 9. Saat era Final Fantasy 10 semua berubah, video game mulai bisa menceritakan cerita hampir menyerupai sebuah film. Game seperti Yakuza, Metal Gear Solid 3 dan God Of War mulai menceritakan sebuah cerita yang sangat berbeda, yang belum pernah kita rasakan di era PlayStation generasi pertama. Pada era itu (2000–2013) tidak hanya peningkatan secara visual tapi kita juga merasakan peningkatan dari segi penyampaian cerita. Pada artikel ini saya akan coba menjelaskan serta membandingkan kenapa cerita cinta dalam Final Fantasy X merupakan sebuah cerita cinta terbaik sepanjang masa yang pernah ada dalam sebuah video games.

Untuk bisa menceritakan mengapa game Final Fantasy X (FF10) merupakan yang terbaik, mari kita bandingkan dengan cerita cinta lain nya yang masih cukup hangat di ingatan saya, yakni si kambing hitam Final Fantasy XV (FF15).

Pertama, yang paling menonjol dari bagai mana kedua cerita cinta ini di ceritakan adalah, dari bagai mana ikatan / chemistry kedua karakter ini terbangun, Karakter Tidus pada FF10 tidak langsung jatuh cinta dengan Yuna saat pertama kali mereka bertemu, melainkan hal itu terbangun sedikit demi sedikit seiring dengan perjalanan mereka, hal ini tentunya menimbulkan sebuah ikatan yang jauh lebih besar dan terlihat sangat rasional saat kita ikuti. Adegan demi adegan yang kita saksikan terlihat begitu menarik, Tidus mulai ada perasaan dengan Yuna, saat melihat Yuna pertama kali menari untuk membimbing roh orang yang mati karena Sin, di adegan itu Tidus bersimpati pada Yuna, Yuna yang terlihat memiliki tubuh lemah namun memiliki pendirian hati yang sangat kuat.

Berbeda dengan kisah Noctis dan Luna yang terlihat di paksakan tidak otentik, mereka berdua di jodohkan sejak kecil untuk kepentingan politik antar dua negara. Kita sekilas melihat adegan saat Noctis (8th) dan Luna (12th) bertemu di Tenebrae, namun dalam adegan itu terlihat mereka seperti adik - kakak yang sedang bermain. Terlihat Luna seperti seorang kakak yang sedang membacakan sebuah buku cerita kepada adiknya. Pada adegan itu sama sekali tidak terlihat ikatan yang ber arti antar dua karakter ini (*mungkin karena masih kecil). Lalu penulis game ini memutuskan untuk Fast Fucking Forward hingga mereka dewasa, tanpa ada bumbu-bumbu cerita yang berarti dari kedua karakter ini. 

Akhirnya Noctis harus menghadiri acara pernikahannya dengan Luna (24th) di Altissia, setelah 8 tahun tidak bertemu dan melakukan hubungan long distance relationship (LDR) tiba-tiba kita pemain di suruh paham akan perasaan kedua karakter ini. Singkat cerita Luna ternyata meninggal terbunuh oleh Ardyn. Di sini lagi-lagi kita pemain tidak akan merasakan apa-apa, karena kita di awal tidak tau dan bingung bagai mana perasaan Noctis saat itu, dia Marah & Sedih tapi perasaan tersebut tidak tersalurkan ke pemain, karena kita tidak pernah melihat Noctis dan Luna memadu kasih, kita tidak tau seberapa penting Luna bagi Noctis.

Kedua, Perjuangan antar kedua karakter pada FF10, Cinta Tidus dan Yuna tidak terjadi begitu saja, melainkan karakter-karakter tersebut berjuang untuk mendapatkannya. Contoh saat Tidus sudah mulai jatuh hati dengan Yuna, eh tiba-tiba muncul wanita ke 2 si Riku, Tidus jadi bimbang memilih antar kedua wanita ini, namun ada sebuah adegan, kalau tidak salah Tidus terbayang akan ayahnya, dan tau sendiri hubungan Tidus dan ayahnya tidak baik, saat itu ayahnya bilang "Kamu menangkap bola saja tidak bisa, mana bisa memacari salah satu dari mereka", Adegan lalu melihatkan Tidus menangis dan berubah menjadi anak kecil. Adegan dan dialog ini menunjukkan gejolak hati dari tokoh Tidus yang sebenarnya tidak PD, hingga pada akhirnya dia memilih Yuna, yang mana pilihan itu tidaklah mudah dan sesederhana itu. Tidus juga sempat berkorban menyelamatkan Yuna saat mau menikahi Seymour.

Tokoh Yuna pun begitu, dia juga memperjuangkan cinta dari Tidus, Saat mereka sudah jatuh cinta, namun ternyata mengetahui fakta pedih kalau nantinya Yuna harus mati dan menggantikan perwujudan fisik dari monster Sin, sebenarnya Yuna bisa saja menghentikan perjalanan ziarahnya, dan pergi bersama Tidus melupakan ini semua, namun karena keteguhan hati Yuna dia tetap mau berkorban untuk semua rakyat Spira. Rasa sedih dari karakter Yuna tersampaikan pada adegan ikonik, saat dia menangis di danau Macalania, Tidus datang untuk menghibur, lalu memeluk dan mencium karakter Yuna, perlahan lagu “Suteki Da Ne” (isn't it wonderful) di putar di background, benar-benar adegan yang sangat menyayat hati membuat hati yang menonton adegan tersebut menjadi lumer meleleh, sangat romantis.

Berbeda pada FF15, karakter Noctis berkomunikasi dengan Luna menggunakan anjing ajaib, mereka bertukar surat untuk menanyakan keadaan satu sama lain. Kita sebagai pemain tidak bisa melihat kedua karakter ini berdialog secara langsung, kita tidak melihat bagai mana kedua karakter ini ber interaksi satu sama lainnya. Sebenarnya Tokoh Luna sudah berkorban gila-gilan saat di film Kingsglaive, untuk bisa mengantarkan Ring of the Lucii ke Noctis. Saat proses menjinakkan Titan Luna juga sudah berkorban untuk Noctis, namun sayang adegan-adegan itu tidak terlalu di perlihatkan dalam gamenya, hanya di ceritakan oleh NPC. Noctis pun akhirnya berkorban untuk Luna namun setelah Luna mati, lalu apa poinnya semua pengorbanan mereka berdua? toh Luna sudah mati?  

Ketiga, Background karakter yang cukup solid. Pada FF10 tokoh Tidus dan Yuna memiliki sebuah kesamaan, mereka hidup dari bayang-bayang besar ayah mereka. Jecht ayah Tidus merupakan penjaga legendaris dari Lord Summoner Braska yang merupakan ayah dari Yuna. Ayah mereka di hormati dan di idolakan oleh semua orang di Spira, sedang kan Tidus dan Yuna hanyalah anak biasa yang ingin mencoba mengikuti jejak besar ayah mereka. Beban besar selalu di banding-bandingkan dengan orang tua mereka membuat Tidus dan Yuna berusaha keras untuk mencoba menjadi se besar mereka. Kesamaan ini lah yang akhirnya menuntun mereka, lalu menyatukan mereka dalam hubungan percintaan.

Adegan canggung saat Tidus dan Yuna ketawa menunjukkan kalau mereka ingin lepas dari bayang-bayang tersebut, Teriak lah sekeras-kerasnya untuk melepaskan semua beban di hati mu. Yuna yang belajar bersiul, pada awalnya tidak bisa pada adegan itu akhirnya dia bisa, menunjukkan sebuah pengembangan karakter. Pada adegan itu Tidus berkata, "Kalau kamu dalam kesulitan, bersiul lah, maka Aku akan datang". Bumbu ini yang membuat adegan di ending saat Yuna bersiul sangat kencang, namun ternyata Tidus tidak datang menjadi sangat-sangat-sangat menyedihkan T_T.

Noctis di takdirkan menjadi Raja, sedang Luna di takdirkan menjadi Oracle-nya hanya itu premis yang diberikan penulis cerita FF15 ini. Sebuah konsep yang tidak di bangun sejak awal oleh penulis cerita FF15. Seandainya mereka bisa berkomunikasi menggunakan handphone dan lebih banyak adegan mereka berdialog mungkin akan sedikit memberikan imbas pada hubungan antar kedua karakter ini. Adegan berkemah pada game ini merupakan satu-satunya adegan pengengmbangan karakter dari Noctis dan Luna, namun sayangnya banyak player yang tidak mau berkemah karena exp nya cuma di kali 1.2x, berbeda kalau menginap di hotel mewah yang bisa sampai 3x exp. Oiya pada FF15 juga ada karakter wanita ke 2 yakni Iris Amicitia (15th) adik dari Gladiolus, namun hubungan antara Noctis dan Iris itu sangat tidak menarik untuk di ikuti.

Cerita cinta FF15 ditutup dengan adegan pernikahan mereka di alam baka, adegan tersebut terasa dipaksakan dan tidak terlalu berarti. Malah dalam FF15 saya lebih merasakan kebersamaan atau brotherhood antar ke 4 karakter pendukungnya, terlihat lebih menonjol dari pada kisah cinta antara Noctis dan Luna. Hubungan antara Ayah dan Anak juga saya rasa cukup kuat karena kita melihat adegan Noctis kecil yang di peluk oleh King Regis, dan saat itu King Regis menangis karena sudah tau takdir berat yang akan di alami oleh anaknya. Padahal dengan menambahkan sedikt adegan tambahan bisa berimbas kepada emosi pemain nya.

Cerita cinta dari FF10 ditutup dengan adegan Tidus yang mulai menghilang, Tidus hanyalah proyeksi mimpi dari Sin, sehingga saat Sin mati maka Tidus pun akan mulai menghilang. Intens cerita dari game ini benar-benar di tarik ulur, Saat kita pemain berfikir seakan-akan mereka bisa bersatu karena Yuna tidak harus mati, eh malah Tidus-nya yang hilang. Semua plot cerita dan perjalanan panjang yang dibangun sejak awal menjadi sangat berarti, perasaan tersebut tersalurkan dengan sangat baik ke para pemain. Pasti Yuna sangat-sangat patah hati, inilah yang mendorong awal cerita Final Fantasy X-2.

Saya kepikiran menulis artikel ini karena banyak time line teman - teman saya di Facebook yang mengingatkan akan perayaan 20th dari game Final fantasy X, Sebuah cerita cinta terbaik yang belum pernah saya rasakan lagi setelah memainkan ratusan game setelahnya. Tentunya Saya berharap Final Fantasy X-3 akan benar-benar di buat dan bisa di release.

No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.