Mengetuk hati sorang penipu. Apakah bisa??


Berawal dari sebuah percakapan ringan sebelum tidur,

"Bun, mungkin tidak ya, ada sebuah kalimat yang begitu kuat hingga akhirnya bisa menyadarkan seseorang, terutama penipu online?"

Di jawab "Mana mungkin ada, hati mereka sudah seperti batu, dan mereka tidak ingin untuk di sadarkan".

Hemmm gitu ya...

Saya sering kali dengar teman kantor, saat seorang penipu, mengaku-ngaku dari Dukcapil, yang bisa teman saya lakukan hanyalah mengulur-ulur waktu si penipu supaya waktu mereka sia-sia tdk di pakai utk menipu org lain.

Dari situ saya berfikir, di jendela yang begitu singkat, bisa tidak sih kita membalik keadaan, menguasai pikiran si penipu, lalu mengetuk pintu hatinya yang terdalam.

Setelah beberapa minggu berlalu..

Akhirnya saya dpt kesempatan untuk menguji hal itu, berawal saat ngelihat sebuah iklan di Facebook, sebuah laman FB dengan judul "Bantuan Hukum & Pemulihan Korban Penipuan" dengan 2.6rb follower, insting anti-penipuan saya langsung aktif.

Saya lakukan sedikit research, baca-baca komentar di sana, lihat page transparansi dari laman tersebut, IP pengelola FB tersebut dari negara Thailand, Pakistan dan Indonesia, wah fix ini pasti penipuan.

Modusnya sederhana, mereka seakan-akan memberikan sebuah "harapan" bagi korban penipuan online, dimana janjinya uang kita bisa kembali.

Iklan penipuan sejenis ini sebenarnya ada byk, saya menemukan 2 diantaranya : Sentara Bantuan Hukum & Pemulihan Penipuan dan Pelayanan Masyarakat Korban Penipuan Online.

Pertama-tama saya coba untuk hubungi admin FB mereka, untuk membongkar lebih lanjut seperti apa modus-nya. Saya sampai membuat percakapan palsu bolak-balik supaya lebih meyakinkan kalau saya adalah korban penipuan.


Percakapan singkat dari Facebook lalu di alihkan ke WhatsApp, dengan konsultan hukum gadungan yang mengaku namanya Yudhi Bimantara, S.H., M.H. (nama ini saya cari di google memang ada). 

Terjadilah percakapan yang sama, di sini mereka mulai mengambil data dari saya/korban, yakni foto KTP, nomer rekening. Lalu membuat sebuah dokumen pelaporan hukum palsu, yang tentunya agar saya semakin percaya kalau mereka benar-benar dari lembaga hukum.



Kemudian endingnya saya di lempar lagi ke nomer WhatsApp IPTU Ikra Sembiring, S.I.K. yakni seorang pakar IT (gadungan) dari kepolisian, untuk di tindak lanjuti.

Ini lah ciri khas dari skema penipuan, kita di lempar ke sana kemari, ke lembaga-lembaga, nama-nama dengan gelar panjang yang seakan-akan ahli di bidangnya, supaya kita lebih yakin dan percaya kepada mereka.

Saya yakin 3 akun ini, atau 2 nomer WA ini adalah orang yang sama. Jadi ini saatnya melakukan eksperimen di awal yang sudah saya nanti-nantikan.

Sebelumnya, Saya biarkan cooling down selama 1 hari 1 malam dulu, supaya besoknya saya yang mengambil alih posisi percakapan, si penipu sudah merasa menang dan juga penasaran terlihat dgn selalu coba menghubungi saya via WA/telp.

Besoknya..

Secara teori, ancaman yang paling menakutkan itu adalah saat keluarga atau orang terdekat kita yang di ancam, maka secara psikologis saya akan menggunakan teknik itu di awal percakapan, dengan membalik "ancaman" menjadi sebuah "harapan".


Kalimat saya :
"Bpk pasti punya keluarga yang bangga pd bpk.. Apa ini yang ingin bpk wariskan kepada mereka?? Sebuah nama baik atau hanya sekedar aib? Semoga bpk bisa di berikan kesadaran, kalau apa yg di lakukan ini adalah sebuah kesalahan. Amiin"

Di jawab :
"Baik jika data data anda di salah gunakan saya tidak bertanggung jawab"

Ternyata kalimat saya kurang di dengar, pdhal sudah coba meng-eksploitasi "warisan kenangan yang akan di kenang oleh anak cucunya". Warisan nama baik itu adalah hal sangat penting bagi manusia, saat kita mati tentu ingin di kenang nama baiknya.

Saya berfikir mungkin si penipu tidak membaca dengan hatinya, lalu saya coba ingatkan kembali "Bacalah dengan hati dan pikiran ya pak.."

Dan "Zonk" lagi, bisa di baca di gambar.

Oke saya coba lagi, kalau mengetuk pintu dengan keras, maka pemilik rumah akan ketakutan, maka akan saya coba ketuk pintunya dengan perlahan, saya coba lepas topeng yang sedang dia pakai, yang mana pada akhirnya, saat semua atribut yang kita miliki terlepas, kita sama-sama hanya manusia biasa.


Kalimat saya:
"Di balik nomor WhatsApp ini, di balik foto palsu yang bpk pakai, saya tahu ada seorang manusia biasa, yang jauh di dalam hatinya sadar, bahwa apa yang sedang dilakukan ini adalah sesuatu yang salah. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Mulailah langkah baru, bukan untuk menipu, tapi untuk membantu seseorang dengan tulus. Seperti yang sedang saya coba lakukan sekarang, mengetuk pelan hati bpk."

Jawabnya :
"Jaga bicara anda"
"Jika anda melapor untuk bermain main jangan melapor"

Hemmm "bermain-main" ya, sebenarnya kita berdua sedang bermain-main pak, menipu itu kan coba membawa sebuah ide "kebohongan", yg kemas dengan cerdik dan meyakinkan, supaya lawan bicara menjadi yakin dan percaya kalau hal tersebut bukanlah sebuah kebohongan.  

Saya coba tebak modus penipuannya di percakapan selanjutnya.


Kalimat saya:
"Kalau saya tebak, setelah saya hubungin IPTU Ikra Sembiring, S.I.K. maka akan di giring ke berbagai hal/basa basi/dll yang ujungnya meminta biaya dari saya untuk memproses perkara, intinya pasti akan ada uang yg keluar dari saya, untuk hal-hal yang sebenarnya tidak di lakukan, bukankan bpk dan team yang sebenarnya sedang "bermain-main."

Kalimat saya:
"Jika saya memilih stop makan akan di ancam data2 saya akan di salah gunakan. Selain mencoba menipu sebenarnya bpk dan team juga dpt data, yg mana itu di gunakan utk menyerang korbannya juga"

Saat penipu itu mencoba untuk mengancam menggunakan data-data saya, maka saya juga coba metode mengancam ini saya kembalikan ke dia.

Kalimat saya:
"Bagai mana kalau saya sebenarnya adalah polisi, bagai mana kalau sebenarnya saat kita berbicara ini, team saya sedang melacak posisi IP Wifi, BTS seluler anda, bagai mana jika anda akhirnya tertangkap dan di penjara, apakah anda akan menyesal? Sebab dan akibat itu ada, berubahlah sebelum terlambat ya pak.."

Dan tidak di balas oleh si penipu, gak papa, saya tidak akan lagsung putus asa, besok saya coba lagi, dengan kalimat-kalimat yang lebih pas.

Besoknya..

"Selamat pagi, Bapak.

Saya tahu, apa yang saya lakukan ini mungkin tidak akan langsung berhasil. Saya hanyalah manusia biasa, sama seperti Bpk yang juga sedang berusaha menjalani hidup dengan caranya sendiri..

Jika Bpk masih punya ayah atau ibu, coba lihat mata mereka dalam-dalam..
Jika Bpk memiliki istri, lihatlah senyum di wajahnya..
Jika Bpk punya anak, pandanglah masa depannya..
Dan jika tak ada satu pun dari mereka, maka bayangkanlah semuanya nyata dalam pikiran Bpk..

Karena setiap orang di dunia ini pasti pernah menjadi anak dari seseorang, dan di hati setiap manusia, pasti masih tersisa setitik kebaikan yang ingin di berikan kepada orang lain..

Orang-orang terdekat kita, mereka yang percaya tanpa syarat, mereka yang mungkin tak tahu apa yang sedang Bpk lakukan, merekalah yang paling akan terluka jika kegelapan ini terus Bpk pelihara..

Uang bisa hilang, kesempatan bisa datang lagi, tapi kepercayaan dan doa orang yang mencintai kita, sekali hancur, tak mudah utk kembali seperti semula..

Bpk, berhentilah sebelum semuanya terlambat. Karena di dunia ini, kejahatan sekecil apa pun tetap meninggalkan jejak, dan begitu pula kebaikan sekecil apa pun, bisa menuntun kita untuk pulang..

Saya tidak sedang marah, saya hanya ingin Bpk ingat.. bahwa setiap pesan yang Bpk kirim, setiap kebohongan yang Bpk susun, sebenarnya sedang melukai sisi terbaik dari diri Bpk sendiri..

Ini yang terakhir dari saya, ini hadiah kecil yang bisa saya berikan untuk bpk, semoga kata-kata saya bisa sampai ke hati bpk. Salam hangat dari saya."

....

........

Setelah saya tunggu seharian hasilnya "ZONK" lagi saudara-saudara, tidak ada balasan sama sekali. Hening..

Ternyata memang tidak bisa ya, penipu cari kerja ya dengan cara menipu, dan itu sangat sulit untuk di ubah. Mereka menggunakan keahlian manupulasi mereka dan mungkin ada banyak orang yang percaya terhadap mereka, kasihan ibarat sudah jatuh ke timpa tangga lagi.

Bagai mana menurut teman-teman, apakah hati si penipu mungkin sedikit ter goyah kan?

Apa pun hasilnya, saya sudah mencoba, jikapun si penipu tidak sadar, paling tidak cerita ini bisa menambah wawasan utk teman-teman yang membacannya.


No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.