Review Game : 13 Sentinels: Aegis Rim
13 Sentinels: Aegis Rim merupakan sebuah kisah yang pada permukaannya terlihat seperti perang manusia melawan monster alien raksasa, tetapi semakin dalam kita menyelam kedalam cerita game ini, maka semakin terasa bahwa yang sesungguhnya dihancurkan bukanlah sebuah kota, melainkan memori dari manusia.
Dunia yang dilihat para karakter dalam game ini bukanlah sebuah kenyataan, tetapi hanyalah sebuah simulasi raksasa, sengaja diciptakan untuk melihat apakah peradaban manusia masih layak diberi masa depan setelah kehancuran di masa lalu.
Tiga belas jiwa di dalamnya bukan sekadar pilot robot tempur, mereka adalah manusia - manusia baru, klon yang dibekali memori buatan, berjuang mencari jati diri di tengah kenyataan yang terus bergeser.
Cerita dalam game ini sengaja disusun seperti kaca yang pecah, serpihan potongan dari masa lalu, masa depan, dan “waktu” yang tampak tidak sinkron. Namun justru di situlah keunikan dari game ini, semakin jauh kita mengupas asal usul dari masing-masing karakter, maka semakin paham kita akan misteri dari game ini.
Fragmen-fragmen itu perlahan-lahan akan menyatu, mengungkap bahwa tidak ada perjalanan waktu yang benar-benar terjadi di game ini, semua hanya perpindahan antar simulasi, antar skenario, antar kenyataan yang dirancang untuk menguji hati para manusia di dalamnya.
Dengan mengikuti tiga belas sudut pandang yang berbeda, pemain dipaksa menyadari bahwa "kebenaran tidak pernah tunggal", dan manusia selalu membangun pemahamannya dari serpihan pengalaman yang terasa tidak lengkap.
Namun inti dari 13 Sentinels bukanlah misteri teknologinya, melainkan pertanyaan paling tua dalam sejarah manusia: “Siapa aku?” Para tokohnya hidup dengan memori yang bisa saja salah, bisa dipalsukan, bahkan bisa rusak atau diberikan oleh sistem yang mereka tidak mengerti.
Tetapi di balik semua itu, mereka menemukan bahwa identitas tidak ditentukan oleh masa lalu yang ditanamkan kepada mereka, melainkan oleh keputusan yang mereka buat saat ini, persahabatan yang mereka pilih, cinta yang mereka pertahankan, dan harapan yang mereka perjuangkan.
Pada akhirnya, mereka menolak menjadi "pion takdir" dalam simulasi dan memilih masa depan mereka sendiri, membuktikan bahwa meski rapuh, manusia tetap memiliki nilai yang tidak bisa sepenuhnya dikendalikan oleh algoritma komputer apa pun.
Menurut saya, inilah keindahan sejati dari 13 Sentinels: Aegis Rim: sebuah kisah mecha yang hanya berpura-pura bercerita tentang perang antar mesin raksasa, padahal sesungguhnya ia adalah refleksi sunyi tentang menjadi manusia,
tentang bertahan di tengah kenyataan yang runtuh,
tentang memaknai diri di dunia yang rapuh, dan..
tentang keberanian untuk tetap menentukan arah hidup, bahkan ketika dunia harus dibangun kembali dari kehampaan.
Score dari saya : 8/10














Leave a Comment