Review : Vampyr (PS4)

Vampyr merupakan sebuah game berjenis action role-playing game yang di develop oleh Dontnod Entertainment yaitu sebuah dev studio yang bermarkas di Perancis.  Developer DONTИOD (sebuah palindrome) ini sudah saya kenal sejak game Remember Me (PS3) dan game nya cukup unik dan berkesan pada saat itu, setelah itu ada game Life Is Strange 1-2 dengan story yang cukup menarik dan yang terakhir ada game Tell Me Why (exclusive xbox) yang sangat menuai kontroversi karena ada unsur transgender-nya. Vampyr sendiri di release pada tahun 2018 dan pada awalnya saya merasa game ini genre-nya sedikit berbeda di banding dengan game-game yang pernah di buat oleh developer ini, dengan tema dunia di pasca perang dunia pertama di negara London, kita akan di bawa juga kedalam kelam nya dunia saat terjadi Spanish flu pada tahun 1918 – 1920.



Kita akan memainkan tokoh Protagonist & Antagonist bernama Jonathan Reid, seorang pemuda bangsawan dengan latar belakang seorang dokter yang sangat ahli dalam bidang transfusi darah. Game ini juga mengambil lore dari bangsa Vampire dimana karakter utama harus memilih dualisme sebagai Vampire yang merengut nyawa atau dokter yang menyelamatkan nyawa orang lain. Awalnya saya mengira ini merupakan sebuah game dengan genre hack and slash yang lebih berat ke mekanisme berkelahi dan gameplay, namun ternyata saya salah, satu jam memainkan game ini saya langsung paham kalau game ini sama seperti game-game sebelumnya yang DONTИOD buat, yakni lebih berat di mekanisme story antar karakter yang ada di dalam game ini.


Di awal game kita akan digigit oleh sebuah entitas misterius yang mengakibatkan karakter utama menjadi Vampire, lalu karakter utama terbangun dengan rasa haus darah dan ketidak tau-an dengan hal apa yang menimpa dirinya. Perlahan - lahan cerita akan mulai berkembang dimana tokoh utama menemukan kekuatan-kekuatan baru serta memulai investigasi nya untuk menemukan siapa sebenarnya yang membuat dia menjadi Vampire, serta selama perjalanannya mulai mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di balik bayang-bayang kota London.



Game ini memiliki dunia yang tidak terlalu besar, hanya terdiri dari 4 kota yang bisa kita datangi dengan berjalan. Poin utama yang mau di explore dari game ini adalah berbagai macam NPC yang memiliki sifat, back story, tujuan, serta ambisi masing - masing. Kita akan lebih banyak melakukan percakapan dengan para NPC ini, menggali berbagai macam informasi dari kota yang kita datangi, menanyakan kondisi keadaan di sana secara general atau bahkan bertanya masalah pribadi dari NPC yang kita temui. Dengan berbicara pada NPC tertentu maka kita akan membuka percakapan baru dengan NPC lain nya, kita akan menggali berbagai macam hal seperti rahasia, motivasi dan sifat dari  NPC tersebut, sehingga kita kenal dan paham mengenai karakter dari masing-masing NPC yang ada pada game ini. Tentunya hadiah yang kita dapatkan dari melakukan ini adalah experience yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan power dari karakter utama. Godaan kita sebagai player adalah tidak menghisap darah NPC, padahal kita tau kalau menghisap darah warga akan mendapat exp yang cukup banyak dan itu akan mempermudah perjalanan kita kedepannya. 



Mekanisme ala-ala detective yang kepo ini awalnya cukup menarik perhatian saya, saat di arena pertama rumah sakit Pembroke, kita akan mencoba merangkai hubungan antara benang ini, misalkan ternyata ada NPC yang berjualan senjata secara sembunyi-sembunyi, ada oknum perawat yang suka memungut iuran tidak resmi, ada petugas rumah sakit yang suka mengambil barang-barang berharga dari pasien yang sudah meninggal, ada NPC dokter yang iri dengan dokter lainnya, ada NPC yang simpatik dan suka terhadap NPC lainnya, namun dia malu, dan lain sebagiannya. Jadi game ini akan lebih condong ke arah mendengarkan curhat-an dan memahami cerita dari masing-masing karakter NPC yang ada, jika kita meng-skip semua dialog tersebut makan poin utama dari game ini akan hilang. Seperti saya bilang di atas, awalnya cukup menarik, namun setelah di ulang ke 2-3x kota dengan mekanisme yang sama persis, maka saya mulai jenuh, dan mulai tidak peduli, bayangkan saja kita akan mengulang hal tersebut sebanyak 64 NPC yang memiliki mekanisme sama, cuma beda di cerita aja.



Beberapa keputusan yang kita pilih cukup berpengaruh terhadap nasib NPC itu, kita bisa memilih untuk menyelamatkan, membunuh, atau membiarkan NPC tersebut, dan hasilnya dari pilihan itu, kita bisa membuat NPC tersebut  menjadi teman kita lalu menyerupai item-item bagus, atau malah menjadi monster yang harus kita buru. Dari sekian banyak karakter NPC ada 1 NPC yang cukup unik, yang mana dia bisu, kalau dia bisu bagai mana mengetahui lebih lanjut tentang NPC itu, maka di sini lah pentingnya mencari dan mengamati perilaku dari NPC bisu tersebut.



Grafis yang digunakan menggunakan Unreal Engine 4 yang sebenarnya terlihat cukup matang eksekusi nya, Kota London malam yang terlihat cukup mengerikan, berkabut dan mencekam berhasil di angkat ke dalam game ini, namun sayangnya dari segi level design dan optimisasi masing sangat kurang sekali. Kita akan menemukan loading di mana mana, saat mau masuk ke ruangan tertentu akan ada loading, saat lari terlalu cepat ke suatu daerah tertentu game akan nge-freeze sejenak lalu jalan lagi, tidak enak nya tentu saat kita sedang melakukan perkelahian. Sebenarnya game ini di targetkan flawless tanpa loading, namun karena level design yang buruk maka game ini terlihat belum optimallevel design yang bagus, bisa kita rasakan di game seperti Uncharted 4, Last of Us part II dimana loading di sembunyikan di cutscene, karakter yang di paksa berjalan pelan memasuki lorong atau merangkak padahal sedang proses loading untuk level di depannya. Sehingga kita yang memainkan menganggap seperti game tersebut tidak ada loading sama sekali.


Untuk story menurut saya tidak berkesan sama sekali, karakter utama mudah sekali terlupakan. Untuk battle nya mirip seperti game Bloodborne, dimana kita harus me manage stamina untuk menyerang atau menghindar. Skill tree nya juga biasa saja tidak membuat pertarungan menjadi lebih seru. Saya memainkan game ini sampai merasa bosan karena mekanisme yang terus berulang dan sempat berfikir kenapa game nya tidak selesai-selesai sih. Untuk skoring musik juga biasa aja, yang sedikit menarik setiap NPC ada dubing nya, dan aksen British karakter utama terdengar lembut dan enak untuk di dengar.


Overall saya pribadi tidak terlalu merekomendasikan game ini, story yang tidak terlalu menarik, battle system yang biasa saja, input lag controller yang tinggi, dunia yang selalu malam tidak terlihat indah, serta mekanisme dialog yang terlalu segmented membuat game ini tentunya tidak cocok bagi orang-orang yang tidak terlalu suka mendengar dialog serta membaca text. Sebenarnya sejak game ini di release beberapa kali saya ada niat untuk membeli game nya karena tema Vampire saya suka dan beberapa tahun ini sudah jarang game dengan tema ini, namun hal tersebut tidak terlaksana hingga game ini jadi gratis di PS Plus pada bulan Oktober, ternyata saya mengambil keputusan yang sangat tepat menunda membeli game ini. 


Namun saya tetap mempelajari beberapa hal baru dari game ini, karena berhubungan dengan medis, serta saya rasa cukup related pada masa pandemic seperti sekarang ini, dimana selalu ada beberapa oknum rumah sakit dan paramedic mencari keuntungan dari kondisi sulit yang sedang di alami. Hal lain yang saya pelajari adalah istilah "placebo effect", dimana suatu obat yang tidak berkasiat harus di jual dengan harga tertentu,  supaya lebih meyakinkan pembeli atau pasien, saat obat itu di konsumsi makan keyakinan kuat dari pasien-lah yang sebenarnya menyembuhkan pasien tersebut, bukan obatnya. Jika obat itu di kasih gratis, maka keyakinan akan kemujuran obat tersebut akan berkurang, dan akhirnya sakitnya tidak sembuh.

Score dari saya : 6/10
Dimainkan di : PS4 Pro, 4k, HDR on, Auto Motion on.
Tingkat Kesulitan : 5/10
Durasi Platinum : 30 Jam







No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.