Review: Horizon Forbidden West (PS4 Pro)
Game ini di mulai dengan sebuah monolog yang membuat saya cukup kaget, karena monolog tersebut mengambil sudut padang dari karakter Sylens yang merupakan karakter deuteragonist, bukannya dari sudut pandang karakter utama protagonist si Aloy. Sylens menceritakan kesimpulan cerita yang sudah mereka capai di seri game sebelumnya, di Horizon Zero Dawn (2017). Bahwa Project Zero Dawn sebenarnya merupakan sebuah project yang di buat untuk malukan teraformasi kembali keadaan dari Bumi, sehingga memungkinkan untuk bisa di tinggali kembali oleh makhluk hidup.
Karakter Aloy merupakan cloning dari Dr. Elisabet Sobeck yang merupakan penggagas dari Project Zero Dawn. Dan tujuan Aloy di buat adalah untuk mengobati kegagalan dari kemajuan teknologi yang telah dilakukan oleh peradaban manusia sebelumnya. Manusia hampir punah karena mesin yang mereka buat mulai mendapatkan "kesadaran" dan bisa bereproduksi sendiri tanpa bantuan dari manusia.
Horizon Forbidden West (2022) merupakan cerita lanjutan dari game sebelumnya. Di mana mengambil setting kejadian setelah Aloy berhasil mengalahkan AI jahat HADES dan berhasil me-restart mesin Faro yang awalnya ingin mengulang peperangan antar mesin. Terlihat pada ending Horizon Zero Dawn, Aloy akhirnya kembali ke rumah tempat dia tinggal, ingatannya mulai kembali secara perlahan, dia mengingat kembali kenangan dari Dr. Elisabet Sobeck.
Setelah Aloy dan teamnya berhasil mengalahkan HADES ternyata masalah belum selesai, HADES sepenuhnya belum mati, dan masalah baru mulai bermunculan. Sebuah tanaman bernama penyakit merah (Red Blight) secara misterius mulai tumbuh di seluruh dunia, sebuah tanaman yang cukup beracun yang akan membunuh makhluk hidup di sekitarnya. Munculnya penyakit merah merupakan ulah dari DEMETER sebuah sub AI dari GAIA yang rusak. Tugas karakter Aloy adalah menghentikan semua kegilaan ini dan kembali mencoba menyelamatkan dunia dari mesin teknologi AI.
Kurang lebih seperti itulah inti cerita yang ada di game Horizon Forbidden West, Saya merasa cukup menarik karena petualangan baru, di dunia baru akan segera di mulai. Saat awal saya memainkan game ini di PS4 Pro, tentu saya sangat terpukau dengan grafis yang di berikan, dunianya sangat indah sekali dengan segala macam efek partikel yang ada di udara, tidak menyangka PS4 bisa mencapai ke titik ini. Decima Engine memang sudah berkembang menjadi sangat optimal, baik dari segi detail hingga ke geometri objek.
Pertama kali saya melihat dunia dari game ini, saya merasa sangat tidak asing, oh ternyata ada aset dari game Death Stranding yang di gunakan juga dalam game ini, seperti bentuk medan (terrain) saat kita scan arena, lumut yang menempel di tanah, lalu animasi air. Bentuk detail dari mesin di game ini sangat luar biasa, apa lagi saat kita masuk ke sebuah arena yang dinamakan Cauldron, benar-benar saya melihat geometri arena yang sangat detail yang belum pernah saya lihat di game mana pun. Loading dari game ini di PS4 Pro juga tidak terlalu lama, saya rasa masih oke lah di banding game Assassin Creed Valhalla yang terasa lama banget.
Proses saya sangat mengagumi grafis dan dunia dari game ini berlangsung kurang lebih 15 jam, setelah 15 jam mata saya mulai terbiasa dan saya sudah tidak begitu peduli dengan grafis yang sangat memukau ini. Saya mulai fokus dengan alur cerita yang di sajikan, bagai mana struktur misi dan gameplay yang di berikan.
Dari segi Gameplay tidak banyak yang berubah, Aloy memang memiliki kemampuan baru seperti grappling, memanjat tebing dan bisa menyelam, namun secara overall gameplay utama tidak banyak berubah, kita di suruh memburu mesin, mengambil bagian part tertentu lalu di gunakan untuk upgrade Armor dan senjata, semakin ke depan musuh semakin kuat, ada juga musuh manusia yang terbagi menjadi beberapa suku yang berbeda-beda. Oiya saya juga mau apresiasi dari segi desain baju dari masing-masing karakter terlihat sangat unik dan detail.
Combat dari Forbidden West ini menurut saya cukup meningkat, Aloy memiliki berbagai macam skill combat yang bervariasi, mengombinasikan kemampuan tombak dan panah sehingga menghasilkan sebuah combo yang terlihat mengalir antar satu animasi ke animasi yang lainnya. Suara adu antara tombak dan mesin juga terasa cukup memuaskan. Ada berbagai macak combo yang jujur saya hanya menghafal beberapa saja.
Sistem battle dari Forbidden West terlihat lebih matang. Ada beberapa jenis senjata baru, namun saya sama sekali tidak menggunakan senjata tersebut, saya lebih berfokus dengan senjata dengan damage serta ledakan paling besar. Namun sebagian besar permainan saya hanya menggunakan panah dan tombak saja, jadi tidak merasakan pengalaman penuh dalam menggunakan senjata lain.
Dari segi sound design, menurut saya tidak ada yang wah, alunan musik selama perjalanan Aloy memang sudah ciri khas dari game Horizon Zero Dawn sebelumnya. Memadukan antara alat musik klasik suku-suku kuno dan memadukan dengan musik modern ala-ala mesin dan teknologi. Setiap adegan pun cukup terwakili dengan alunan musik yang menggambarkan perasaan yang sedang di rasakan oleh Aloy, seperti perasaan marah, sedih dan bahagia.
Karakter development dari game ini menurut saya cukup bagus, di awal game karakter Aloy terlihat menyendiri, dia seakan-akan ingin menyelamatkan dunia sendirian, dia menolak bantuan dari teman-teman dekatnya, seakan-akan ingin menanggung beban ini sendirian. Aloy di awal game juga terlihat tidak dekat dengan karakter mana pun, dan terkesan dia mau menghindar. Karakter Aloy juga terlihat keras kepala, tidak mau menerima nasehat dari temannya, saat dia terluka parah pun seakan-akan Aloy tidak peduli dengan kesehatan dia dan mau tetap melanjutkan perjalanan.
Di pertengahan game, kondisi mulai berubah, Saya merasakan Aloy mulai sedikit lunak dan mulai mempercayai temannya, dia mulai berbagi informasi teknologi yang dinamakan Focus kepada teman-temannya, dan sedikit demi sedikit mulai mengajarkan teknologi dari masa lalu kepada teman-temannya. Pada titik ini saya mulai bisa mengikuti alur cerita dengan baik, di awal game 1-20 jam, saya sangat bingung dengan berbagai macam dialog antar karakter yang ada di game ini, istilah jenis-jenis suku yang digunakan terasa asing bagi saya, bahkan saya sudah lupa dengan karakter-karakter di game sebelumnya (maklum game 5th yg lalu :D).
Namun setelah memainkan lebih dari 20 jam, saya mulai bisa mengikuti alur cerita dari game ini, saat Aloy memiliki base camp dan mulai merekrut teman-teman dari berbagai suku, terlihat cerita dari game ini mulai menarik.
Di akhir game karakter Aloy benar-benar sudah berubah, Aloy memiliki tujuan, Aloy memiliki teman-teman yang bisa dia percaya, dan tumbuh berkembang bersama dengannya. Aloy memiliki sesuatu hal yang ingin dia lindungi, yakni teman-teman terdekatnya. Dengan memiliki hal yang ingin di lindungi membuat Aloy semakin kuat. Saya mengikuti setiap dialog baru yang ada di base camp dari Aloy, melihat Aloy begitu perhatian, menanyakan kabar dan perkembangan mereka belajar teknologi masa lalu membuat saya merasa karakter ini sangat berkembang.
Kelemahan dari game ini menurut saya adalah saat meng-explore dunia Aloy masih terlihat sendirian, Aloy tidak memiliki side kick yang membuatnya selalu berbicara dengan pikirannya sendiri, di awal saya merasa Aloy ini sudah "gila", karena dia bertanya sesuatu hal, lalu menjawabnya sendiri di dialog berikutnya.
Banyak developer game yang mulai sadar akan hal ini, lalu menggunakan karakter ke dua, supaya terjadi obrolan yang membuat suasana menjadi hidup, dan selama perjalanan kita akan di temani oleh obrolan dua karakter tersebut. Contohnya seperti di game Uncharted, NieR, TLOU dll. Bayangkan dunia seluas ini Aloy mengeksplorasinya sendirian, betapa kesepian dia.
Karakter utama "wanita" yang kuat, maka dia harus memiliki musuh utama "wanita" yang kuat juga, ini lah yang saya rasakan dari game ini, seakan - akan ingin menonjolkan Woman Power, walaupun itu memang tidak salah sih hehe. Tidak itu saja, karakter-karakter di sekelilingnya juga memiliki orientasi seksual yang tidak umum, saya menemukan 4 karakter NPC yang lesbian/biseksual, dan itu sangat kelihatan dari dialog-dialognya, 2 karakter gay (uuulala), serta 1 Karakter yang lurus suka sama laki-laki normal. Lagi-lagi game yang di tunggangi unsur LGBTQIA2S+. Karena menurut saya equal (setara) itu tidak harus sama-sama kuat.
Misi-misi sampingan yang dibuat kurang maksimal, lebih tepatnya tidak di bangun dengan maksimal sejak awal. Padahal developernya bilang "Making every side Quest Matter", dan itu adalah BOHONG. Contoh saat kita bertemu seorang karakter NPC, NPC tersebut memberikan misi, setelah itu Aloy menyelesaikan misi tersebut, setelah selesai ya sudah, beranjak ke misi selanjutnya, dan begitu lagi strukturnya. Seakan-akan kita tidak begitu peduli dengan misi yang di berikan oleh NPC-NPC tersebut, karena kita baru bertemu sekali, sesedih apa pun cerita yang di bawa oleh NPC tersebut kita tidak peduli.
Berbeda dengan misi-misi yang memang di bangun perlahan-lahan dari awal seperti di game NieR, yang membuat kita peduli dengan karakter NPC dan misi yang dia berikan. Kalau di dunia nyata, saat kita pergi ke pasar, kemudian bertemu orang yang baru kita kenal, lalu orang itu bercerita tentang kepahitan dan kesedihan hidupnya, maka kita tidak akan terlalu peduli akan ceritanya. Berbeda kalau yang menceritakan hal itu adalah orang terdekat kita, sahabat kita, keluarga kita, maka secara emosi kita seakan-akan ikut bisa merasakan kepedihan cerita tersebut, dan serasa benar-benar ingin menolongnya.
Di game ini juga menceritakan tentang manusia-manusia abadi, di mana teknologi pada saat itu sudah mendukung untuk hal tersebut. Ide baru yang baru saya tau dari game ini adalah, saat manusia sudah mencapai keabadian ternyata mereka masih belum merasa puas, di game ini di ceritakan manusia-manusia abadi tersebut ingin mentransfer "kesadaran" mereka ke makhluk yang lebih tinggi, untuk mencapai yang dinamakan keabadian secara digital. Kalau abadi secara biologis itu masih bisa mati di bunuh, namun kalau abadi secara digital itu adalah abadi yang benar-benar abadi.
Manusia mulai bereksperimen untuk meng-upload kesadaran mereka ke sebuah makhluk yang di namakan Nemesis. Namun hal tersebut tidak berhasil membuat Nemesis menjadi marah dan mengejar manusia tersebut hingga ujung dunia. Dalam mitologi Yunani, Nemesis mengacu pada dewi pembalasan, yang akan membalas dendam pada manusia yang arogan.
Dalam Project Zero Dawn juga menggunakan istilah dari dewa-dewi kuno Yunani yang cukup sering kita dengar di kuping, seperti karakter Gaia yang di gambarkan sebagai dewi Bumi, Aether sebagai dewa surgawi, Apollo sebagai dewa matahari, Artemis sebagai dewi bulan, Demeter sebagai dewi panen, Minerva sebagai dewi kebijaksanaan, lalu Poseidon sebagai dewa lautan. Setiap Sub-AI memiliki kekuatan dan kemampuan masing-masing dalam proses teraformasi Bumi.
"Singularity" merupakan nama dari misi terakhir game ini, dalam sebuah konsep, singularity adalah sebuah titik dalam waktu, di mana pertumbuhan teknologi menjadi tidak terkendali dan tidak dapat diubah lagi, yang mengakibatkan perubahan tak terduga pada peradaban umat manusia. Singularity selalu melibatkan teknologi AI.
AI merupakan sebuah program yang di desain dengan meniru cara kerja neuron dalam otak manusia, sehingga sebuah program AI bisa berkembang, belajar dan bahkan bisa menjadi lebih pintar melebihi penciptanya. Karena manusia memiliki ukuran otak yang terbatas, sehingga jumlah jaringan neuronnya pun juga terbatas (kurang lebih 86 miliar neuron), berbeda dengan AI yang ukurannya bisa sangat besar melebihi otak manusia, untuk saat ini AI tercanggih dengan nama GPT-4 bisa mesimulasikan 100 triliun neuron.
Dalam game ini juga menceritakan tentang singularity teknologi, di mana para karakter di dalamnya menganggap dewa-dewi itu memang ada, padahal semua itu hanyalah produk dari kemajuan program komputer yang sama sekali belum mereka pahami, sama seperti pendahulu kita yang menganggap dewa-dewi itu ada, yang *mungkin dewa-dewi jaman dahulu itu hanya segelintir manusia yang memiliki teknologi jauh di atas eranya.
Jika dengan semua kemampuan dan teknologi yang kita miliki saat ini, lalu kembali ke tahun 0 Masehi, maka kita akan di anggap sebagai dewa, karena manusia pada saat itu tidak paham dengan teknologi yang kita bawa. Bayangkan kita bisa terbang menggunakan burung yang terbuat dari besi, punya ilmu pengetahuan dari internet, bisa menembakkan amunisi menggunakan pistol, bisa mengontrol pikiran dengan hipnosis, bahkan yang paling sederhana bisa menciptakan api dengan korek api.
Sedang singularity yang kita alami sekarang adalah, perbedaan teknologi antara kita dan teknologi yang dimiliki oleh Tuhan, di mana Tuhan bisa memanipulasi sub-atom, menciptakan kehidupan, mengambil ruh, mengontrol takdir, ruang dan waktu, yang jelas menunjukkan kalau Tuhan berada jauuuhhuh atas di dimensi kita sekarang.
Menurut prediksi seorang fisikawan dari Jepang Michio Kaku, di masa depan kehidupan manusia akan seperti dewa-dewi Yunani. Contoh, Venus (Aphrodite) yang merupakan dewa dengan tubuh yang sempurna dan abadi, di dunia medis sekarang para peneliti sudah berhasil menemukan dan mengisolasi lebih dari 60 gen yang tugasnya mengontrol proses penuaan, walaupun dunia medis belum bisa sepenuhnya menghentikan proses tersebut. Ilmuan mulai menganggap "proses penuaan" itu sama halnya dengan sebuah penyakit, dan suatu saat kita bisa menyembuhkan penyakit tersebut. Di prediksi 2100 manusia tidak hanya abadi secara biologis namun akan abadi juga secara digital.
Dewa Apollo yang merupakan dewa matahari, saat ini dunia sedang mengembangkan yang namanya Micro Nuclear Energy, sebuah reaktor nuklir portable yang menghasilkan energi mendekati energi murni dan bisa di pindah-pindah, bentuknya semakin lama akan semakin mengecil hingga se ukuran tangan manusia, dalam film Iron Man benda tersebut di namakan Arc Reactor, dan paling aneh beda seperti Arc Reactor ini di temukan dalam banyak prasasti candi di India.
Kebayang gak sih saat perang Mahabharata abad ke 8 SM mereka sudah menggunakan energi nuklir dan persenjataan modern, di mana anak panah milik tokoh Arjuna bisa mengejar target (teknologi sensor DNA) dan saat mengenai target anak panah tersebut akan meledak (teknologi peledak). Seakan-akan kita yang sekarang menganggap peradaban masa lalu itu kuno, padahal bisa jadi lebih maju dari apa yang bisa kita capai sekarang.
Oke akhirnya kembali ke pembahasan game ini, menurut saya secara overall game ini yah lumayan standard sih, perasaan yang sama saya rasakan juga saat bermain Horizon Zero Down (2017), ground-breakingnya menurut saya memang dari segi grafis yang fantastis dan photo mode yang naik kelas. Forbidden West ini jelas masih bersambung, di seri ke 3 nanti sudah jelas musuh yang akan di lawan yakni si Nemesis.
Di ending Forbidden West di tunjukkan, kalau teknologi yang diketahui oleh Aloy akan di sebarkan ke semua orang, ke suku-suku yang ada, jadi nanti di seri ke-3 nya kita akan melihat peperangan manusia Bumi yang sudah maju dan menunggangi mesin melawan si jahat Nemesis. Saya memainkan game ini di level normal, dengan durasi selama 85 Jam, saya mendatangi semua tempat, menyelesaikan semua misi, mengumpulkan semua Armor, collectable dll, ibarat memakan sebuah hidangan makanan, saya menghabiskan makanan tersebut hingga ke butir nasi terakhir.
Sebagai penutup, pelajaran yang bisa saya ambil dari game ini adalah, dunia ini terlihat sangat indah tanpa kehadiran manusia. Pepohonan tumbuh begitu besar, hingga menutupi langit. Air mengalir terlihat begitu jernih, hewan bermain-main dengan begitu bebasnya. Saat hewan melangkah maka hewan itu hanya meninggalkan jejak di tanah, sedang saat manusia melangkah, kita meninggalkan sampah (jejak karbon) dan kehancuran di setiap jalan yang kita lewatinya.
Score dari Saya : 7/10
Di mainkan di : PS4 Pro,
Settingan Picture ke Movie, 4K, Auto motion ON
Platinum ke : #351
Foto Album : https://ibb.co/album/TWwpr6
Leave a Comment