Review: Darksiders III (PS4)

Darksiders III merupakan sebuah game petualangan model hack and slash yang dikembangkan oleh Gunfire Games dan Publish oleh THQ NordicTHQ Nordic sendiri merupakan video games developer yang bermarkas di Vienna, Austria. Saya sudah memainkan semua seri dari Darksiders, Darksiders I (2010), Darksiders II (2012) dan Darksiders III (2018serta saya juga memainkan ulang versi remastered nya Darksiders: Warmastered Edition (2016) dan Darksiders II: Deathinitive Edition (2019). Game ini terbilang cukup seru dengan backstory mengambil tema lore tentang Nephilim. Pada game Darksiders ini kita akan memainkan karakter Four Horsemen of the ApocalypseDarksiders Pertama tokoh yang kita kendalikan adalah "War",  Darksiders II kita akan memainkan tokoh "Death",  dan Darksiders III ini kita akan memainkan satu-satunya tokoh wanita dari seri ini yakni "Fury". Untuk seri selanjutnya Darksiders Genesis (2019) kita akan memainkan tokoh "Strife".

Darksiders ini menurut saya merupakan game yang sesuai dengan selera game favorit saya, tokoh utama yang amnesia dan perlahan-lahan menjadi kuat, senjata yang memiliki ukuran besar, musuh/ monster yang memiliki ukuran badan besar juga, hal ini membuat saya cukup enjoy memainkan seri game ini, walau memang tidak bisa di pungkiri kalau kualitasnya semakin lama semakin menurun. Di review kali ini tentunya saya akan terfokus tentang cerita dari Darksiders III. Seri Darksiders ini sebenarnya memiliki cerita yang saling bersambung satu sama lainnya, jadi untuk merasakan experience penuh dari game ini kita harus memainkan seri pertamanya, walaupun pada awal game Darksiders III ini kita di berikan cerita singkat apa yang terjadi sebelumnya di Bumi pasca-apokaliptik ini.

Dalam game ini kita akan memainkan tokoh utama bernama Fury, yang merupakan saudara perempuan dari tokoh utama di seri Darksiders sebelumnya War dan Death. Tokoh Fury di sini menggunakan senjata utama berupa cambuk yang langsung mengingatkan saya dengan model-model game Castlevania modern, bisa di bilang formula gameplay dari Darksiders III ini tidak banyak berubah dari seri-seri sebelumnya, dimana dalam suatu ruangan akan muncul berbagai macam musuh, kita akan menghajar semua musuh yang ada, setelah itu akan ada cut scene story jika di butuhkan, lalu pada bagian level tertentu akan ada sebuah tempat yang tidak bisa kita kunjungi karena keterbatasan skill atau senjata, selain itu akan ada ruangan yang memiliki puzzle yang harus kita selesaikan. Kalau teman-teman lihat formula nya hampir sama dengan game God of War classic. Bedanya cuma GOW tidak bisa backtracking sedangkan Darksiders bisa, malah ada sebagian orang yang lebih bisa menikmati seri Darksiders di banding GOW.
Dari segi grafis Darksiders III ini sangat tidak menonjol, malah bisa di bilang tidak mewakili next gen era, namun sebenarnya bukan itu poin penting dari game Darksiders. Menurut saya desain karakter yang unik dan level arena yang unik merupakan senjata kuat yang dimiliki oleh game Darksiders serries, Desain penampakan masing-masing karakter dari game ini bisa saya bilang sangat "keren" dan unik tidak kita temukan di game-game lainnya, armor yang terlihat "gagah", ukuran karakter yang besar-besar membuat suasana game ini menjadi megah. Dari segi themes song, menurut saya tidak ada yang special, sejak seri awal Darksiders audio tidak terlalu kuat. Kalau story tidak terlalu menonjol, terkesan di tambah-tambah in, memang mungkin harusnya game ini stop di Darksiders I aja. Gameplay fighting yang merupakan poin penting dari seri Darksiders, mengumpulkan musuh menjadi satu kelompok kemudian membantai musuh dengan beberapa skill dan combo secara bersamaan terasa "memuaskan", setiap kita membunuh musuh, musuh akan menjatuhkan souls, dan souls ini bisa kita tukarkan untuk upgrade skill dan combo, terlihat tidak asingkan mekanisme nya? yup sama persis seperti GOW.
Pada seri Darksiders III ini musuh utama kita adalah Seven deadly sins (7 dosa mematikan/ besar) para boss di desain sekian rupa sehingga mewakili dari karakter-karakter 7 dosa besar ini, ada Pride (Kesombongan), Greed (Ketamakan), Envy (Iri hati), Wrath (Kemarahan), Lust (Hawa nafsu), Gluttony (Kerakusan) dan Sloth (Kemalasan). Tokoh Pride yang terlihat anggun, menggunakan armor emas dan memiliki sayap seorang Angel, selalu memakai topeng yang sangat terlihat sombong dalam berkata, namun sebenarnya di balik topeng tersebut ada hal lain yang ditutupi. Tokoh Greed yang di gambarkan seperti bandit yang menggotong harta karun, tokoh ini bermarkas di sebuah museum dan mengumpulkan berbagai macam koin emas dan karya seni lainnya. Tokoh Envy di sini yang cukup unik, boss pertama kita adalah Envy namun boss ini sama sekali tidak melambangkan iri hati, hal ini yang akan menjadi plot twist cerita dalam game ini, kita akan mengetahui siapa sebenarnya tokoh Envy yang sesungguhnya dari game ini. Wrath di gambarkan seorang petarung ganas yang berapi-api yang selalu marah walaupun dia selalu menang melawan lawannya. Tokoh Lust yang terlihat sangat androgini melambangkan hawa nafsu untuk memiliki dunia. Gluttony di gambarkan seperti monster besar yang memakan segala hal yang ada di dekatnya dan terakhir adalah Sloth yang merupakan tokoh serangga gendut yang sama sekali tidak mau berjalan, kemana-mana selalu di tandu oleh anak buahnya, tokoh ini malah menawarkan gencatan senjata dengan tokoh utama karena males untuk bertarung.
 (Pride)
 (Greed)
 (Lust?)
 (Envy)
 (Wrath)
 (Gluttony)
(Sloth)


Hal baru yang ada dalam seri game ini adalah, tokoh utama Fury bisa berganti-ganti elemen, setiap kali berganti elemen makan rambut dari Fury akan berubah warna, dan tentunya kita akan memiliki combo dan skill yang berbeda tergantung dari elemen yang sedang dia gunakan. Elemen di sini di perlukan juga untuk mengakses arena-arena yang sebelumnya tidak bisa di akses, seperti arena yang ada lava panas mengalir, kita harus menggunakan elemen api untuk bisa melintasi nya, ada juga kolam air yang kita butuh elemen besi supaya bisa tenggelam dan berjalan di dasar kolam tersebut, elemen es yang berfungsi untuk membekukan permukaan air sehingga Fury bisa berjalan di atasnya. Dalam game ini juga sudah tidak ada map, jadi untuk sampai ke suatu tujuan kita di haruskan mengikuti sebuah kompas ala-ala game Skyrim. Game ini terbilang semi open world dalam sekala kecil, dimana lebih banyak arena tertutup yang linear. Kita juga akan bertemu beberapa tokoh yang sudah tidak asing lagi, karena tokoh-tokoh ini sudah muncul di seri Darksiders sebelumnya.

Overall game ini menurut saya sudah sangat menurun dari segi kualitas di banding seri-seri sebelumnya, awalnya saya sangat tertarik saat tokoh utamanya adalah Fury dan merupakan tokoh yang dalam lore Darksiders merupakan tokoh yang paling tak terduga dan penuh teka-teki dari anggota Four Horsemen of the Apocalypse. Saya tidak melihat motivasi kuat dari tokoh utama untuk menyelamatkan dunia yang sedang genting, awalnya memang terlihat seru saat twist cerita di masukan, bawa ada anggapan kalau Fury lah salah satu dari 7 dosa besar yakni Wrath, namun semua itu terbantahkan saat Fury mulai simpati melihat para manusia yang terjebak dalam sebuah peperangan yang bukan perang dari mereka. Musuh yang terlalu sedikit dan arena yang terlihat sepi, musuh pun ada yang di datangkan dari seri Darksiders sebelumnya membuat terlihat musuh tidak bervariasi. Puzzle nya juga sedikit dan sangat mudah untuk di selesaikan. Game ini memiliki 2 ending yang "sedikit" berbeda, karena ada boss tersembunyi yang harus kita cari dan hadapi untuk mendapatkan good ending ini. Saya pribadi malah menyarankan untuk memainkan Darksiders pertama karena menurut saya game itu merupakan satu-satunya dan Darksiders terbaik yang pernah ada.

Score dari saya : 6/10 (PS4 Pro)


Di mainkan di : TV 4K, HDR Off, Game Mode On

(BFA=Bachelor of Fine Arts)

No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.