Movie Review : Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves (2023)

IP Dungeons & Dragons pertama kali saya kenal itu lewat games dig dong / arcade, dengan judul Dungeons & Dragons Tower of Doom dan Shadow over Mystara yang di buat oleh Capcom. Pada waktu itu games D&D ini adalah satu-satunya game arcade fantasy yang memiliki elemen RPG-nya di dalamnya. Saya tidak tau ternyata Dungeons & Dragons ini sebenarnya di adaptasi dari permainan papan (Board Games) yang sangat terkenal di US pada tahun 1980-90an.

IP tersebut kemudian di angkat menjadi adaptasi film layar lebar, dan hasilnya saya rasa sangat bagus.

Setiap karakter memiliki tugasnya masing-masing, (tidak seperti tokoh Rei di Star wars yang bisa segalanya) dengan membagi-bagi tugas ini jadi kita tidak hanya terfokus ke karakter utamanya saja. Tokoh utama Bard sebagai pembuat ide lalu menyatukan team, Mage bertugas untuk membuka lemari brankas, Druid tugasnya untuk mencari informasi dan memata-matai, Fighter tugasnya untuk ngebuk musuh dll. 

Hal tersebut membuat kita jadi peduli dengan karakter-karakter yang ada di sekitar karakter utama.

Film ini mempunyai ceritanya yang simple dan bagus, ada set-up lalu ada pay-off, misalkan karakter mage di awal nunjukin dia bisa ngeluarin api dari ujung jarinya, set-up itu di pakai pas lawan naga gendut, saat naga gendut tidak bisa ngeluarin semburan api, hanya bisa ngeluarin gas, yang akhirnya gas dari naga di kombinasikan dengan api dari mage menghasilkan ledakan, yang digunakan untuk mengalahkan naga tersebut.

Setiap kekuatan harus punya batasan, dalam film tentang fantasy hal ini wajib ada, karena kalau magic yang di gunakan tidak terbatas atau over power, hal itu bisa membuat film menjadi tidak menarik lagi untuk di lihat (seperti tokoh Wanda di dr Strange yang magic-nya terlalu OP tidak ada batasan). 

Contoh magic yang memiliki aturan / batasan seperti tongkat portal yang hanya bisa di gunakan kalau penggunanya bisa melihat lokasi ke mana dia akan membuka portal. Lalu ada Helm of Disjunction fungsinya untuk membatalkan Magic yang ada di sekitarnya, namun untuk bisa menggunakan helm ter sebut, penggunanya harus bisa selaras dengan helm-nya, dan itu sangat sulit untuk di lakukan. Ada aturan-aturan yang jelas dalam dunia fantasy tersebut membuat dunianya menjadi lebih nyata.

Joke /lelucon yang lebih banyak ke joke permainan kata-kata, seperti saat ada salah satu karakter yang bertanya, apa tugas karakter utama? karakter utama lalu menjawab, saya yang membuat rencana, terus di bales lagi, kalau kita sudah punya rencana seperti sekarang ini, lalu apa tugas kamu? sambil agak kebingungan karakter utama menjawab, kalau rencana kita gagal, maka saya akan buatkan rencana baru. 

Hal di atas benar terjadi di akhir film, Saat plan A gagal, lalu berpindah ke plan B, gagal juga, lalu pindah ke plan C yang mana plan C sebenarnya adalah kembali ke ke plan A. Adegan yang membangkitkan mayat mati juga lucu banget, itu juga permainan kata-kata. Joke dalam film ini mirip banget dengan joke-joke di film adaptasi video games Scott Pilgrim vs. the World.

Tantangan yang selalu meningkat, saya sangat suka ide tongkat portal yang digunakan untuk memasukkan portal dalam foto ke dalam lemari besi. Dengan diam-diam memasukkan portal ke dalam lemari besi, yang mana tokoh mage belum pernah lihat ruangan tersebut, dengan ide di atas akhirnya bisa mengakali batasan dari tongkat portal, sehingga mereka bisa masuk ke ruangan tersebut.

Saat semua kelihatan berjalan lancar, tapi dalam prosesnya tantangan selalu meningkat, ada saja hal-hal yang tidak terduga terjadi, dan itu di frame dengan waktu yang terbatas, membuat para penonton ikut terbawa suasana. 

Karakter yang berkembang, setiap karakter dari awal sampai akhir semuanya berkembang menjadi lebih dewasa. Saya terharu saat karakter utama membayangkan ada capung "dragon-fly" masuk ke dalam rumahnya, dan dia berusaha untuk menangkap capung itu menggunakan sebuah mangkok, namun gagal. 

Sambil tersenyum istrinya membuka jendela dan berkata "Kalau kamu tidak bisa menangkapnya, maka lepaskan lah". Lalu capung itu terbang keluar lewat jendela.

Kalimat di atas menjadi sangat kuat, karena karakter utama akhirnya bisa merelakan istrinya yang sudah mati dan tidak jadi menghidupkannya menggunakan magic item Tablet of Reawakening yang hanya bisa di pakai 1x. 

Sosok seorang ibu bagi anak karakter utama ada si Fighter, dan akhirnya tokoh utama memilih untuk menghidupkan si Fighter dengan merelakan istrinya. Adegan ini saya sudah tau sejak awal akan terjadi, namun dengan eksekusi yang sangat bagus membuat saya jadi terharu.

Dengan semua struktur kebaikan-kebaikan di atas, film ini saya kasih score : 9/10

Bagi para gamers wajib menonton film ini.


No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.