Review:The Last of Us: Part II (PS4)

Pertama-tama saya mau info kalau review ini mengandung Super Spoiler, Jadi bagi teman-teman yang belum memainkan game ini sebaiknya jangan di baca, atau yang tidak peduli dengan spoiler silahkan membacanya. Saya tidak mau setengah-setengah dalam menulis review ini. Sebagai info saya juga belum memainkan seri Last of us pertama, saya sudah mencoba memainkan nya namun memang tidak bisa karena terlalu sulit. Jadi review ini benar-benar fresh dari orang yang netral, saya tentunya sudah ada gambaran dunia Last of us dari berbagai macam artikel namun memang belum tau cerita lengkapnya.
Game The Last of Us: Part 2, merupakan sebuah game yang penuh kontroversi di awal pe-release-an-nya, bahkan sampai sekarang masih menjadi perdebatan diantara kalangan gamer, ada yang memberikan nilai sempurna dan banyak pulang yang memberikan nilai kosong. Membuat opini para gamer yang memainkan game ini terbagi menjadi dua. Saya pribadi akan mencoba untuk tetap netral, memang kelemahan saya adalah tidak memainkan seri pertamanya, jadi akan kekurangan feel dari karakter development dari seri ke dua ini. Namun akan saya sampaikan semua yang bisa saya sampaikan dalam bermain game ini selama kurang lebih 55 jam (2 Minggu).
Mungkin saya akan langsung fokus membahas story dari game ini, karena ini lah hal terpenting yang harus di bahas dari game ini. Sebuah hal yang akhirnya menjadi perdebatan di kalangan para gamer. Saat memainkan game ini tentunya saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa, saya tidak menunggu game ini, bahkan saya memutuskan untuk memainkan game ini  pada akhir-akhir sebelum hari pe-release-an. Jadi saya akan memainkan game ini dengan bebas tanpa beban tanpa peduli dengan pandangan orang lain. Seperti biasa saya memainkan-nya dengan santai, tidak terburu-buru untuk me release artikel review, dan tentunya saya mendapatkan Platinum sebelum menulis artikel ini supaya saya bisa merasakan keseluruhan konten yang di berikan oleh developer-nya.
Setelah saya menamatkan game ini, secara keseluruhan game ini seperti sebuah film yang perasaan dari karakter utamanya di gambarkan dari kondisi sekitarnya, seperti hujan, yang di awal game cuaca terlihat cerah, lalu mulai hujan rintik-rintik dan di akhiri dengan banjir serta hujan badai, suasana ini menggambarkan keadaan serta perasaan dari masing-masing karakter yang ada di dalamnya. Hujan badai menandakan sebuah klimaks dari keadaan yang ada. Kobaran api & warna lampu yang menggambarkan amarah, api yang berkobar melambangkan emosi dari karakter Abby. Overall suasana post apocalypse cukup bisa saya rasakan dengan sangat baik, sebuah kota atau dunia yang perlahan-lahan mulai menjadi hutan belantara.
Banyak adegan tanpa dialog yang sebenarnya menceritakan lebih dalam kondisi masing-masing karakter, seperti contoh karakter Abby yang selalu mimpi buruk kejadian ayahnya di bunuh, mimpi itu selalu berulang sampai pada akhirnya dia menyelamatkan dua anak dari kelompok Scar baru di tunjukan mimpi si Abby bertemu dengan ayahnya dan tersenyum, adegan tanpa dialog ini menuju-kan sebuah tujuan hidup yang ber makna kedamaian hati. Begitu juga dengan Ellie, dia selalu trauma saat Joel di bunuh, namun pada detik-detik terakhir saat mau meng eksekusi Abby, Ellie terbayang kenangan dengan Joel yang sedang bermain gitar di balcony, dan akhirnya si Ellie bisa melepaskan dendamnya, di sertai mencoba untuk memaafkan Joel atas aksinya di seri Last of Us yang pertama. Benar-benar sebuah adegan yang selalu membuat mata saya berkaca-kaca sedih saat melihatnyaDari game ini di tunjukkan kalau baik dan jahat itu hanya sebuah perspektif, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Setiap kelompok fraksi akan terlihat baik namun di anggap jahat oleh kelompok yang lainnya, semua orang dari game ini hanya mencoba untuk bertahan hidup
Saya memainkan game ini sebanyak 2 kali, dan saya memainkan-nya pada kondisi yang sangat tepat dan bisa konsentrasi penuh terhadap game ini. Saya merasa developer dari game ini bisa membuat karakter-karakter yang ada di dalamnya menjadi hidup, dan kita yang memainkan ikut merasakan kesedihan, amarah, tragedi, cinta, canggung, harapan, canda-an, ketakutan, kebahagiaan, semua perasaan itu di campur aduk persis seperti perasaan saat kita berada dalam sebuah ketegangan menaiki wahana roller coasters, yang naik-turun di ombang ambing membuat rasa benci namun ingin menaiki-nya lagi.
Menurut saya pribadi, mungkin ya, kebanyakan orang yang membenci game ini hanya membaca review atau hanya menonton gameplay dari Youtube atau hanya ikut membenci karena karakter kesukaan mereka mati atau mungkin karena unsur LGBT. Namun jujur saat bermain sebuah game kita tidak akan merasakan perasaan yang ingin di sampaikan oleh developer hanya dari menonton orang lain bermain game ini. Kita harus benar-benar memainkan-nya dan masuk kedalam dunia yang di berikan dari game itu. Saat kita menonton via Youtube oleh konten creator kesayangan kita, maka secara tidak sadar kita akan di bawa ke sebuah perspektif dari sudut pandang orang yang memainkan nya, saat orang itu bilang A makan kita secara tidak langsung akan ikut berfikir oh benar juga ini adalah A, dan itu B dsb. Kita tidak seakan akan bebas berfikir namun sebenarnya tidak.
Tingkat kesusahan juga harus di sesuaikan, saat player Youtube mainkan game ini, mereka tidak akan merasakan hawa survival-nya di mana player Youtube akan lebih sering memilih level paling mudah/normal dan akhir nya kehilangan esensi-al utama dari game ini, yakni Survival dengan kondisi kritis setiap waktu. Dari kondisi ini maka psikologis pemainnya akan di bawa dalam permainan itu, perasaan deg-deg an atas ketidaktauan apa yang ada di depan, perasaan takut karena kehabisan peluru, memikirkan strategi terbaik, eksplorasi untuk memungut barang-barang sisa yang ada, memikirkan mana upgrade terbaik untuk gameplay yang kita mainkan dll. Semua perasaan ini saya yakin tidak akan di rasakan oleh orang yang hanya menonton dari orang yang main. Karena mereka sebagian besar mencoba untuk memberikan ekspresi paling ekspresif agar permainannya menarik untuk kita tonton.
Game ini memiliki variasi jenis setting lokasi yang cukup berfariasi, seperti, toko musik, bank, apartemen, dojo silat, pom bensin, toko art, tempat arcade, stasiun tv dll, dimana setiap tempat yang di tinggalkan memiliki sebuah cerita masing-masing, hal ini juga yang mungkin akan di lewati oleh sebagian besar pemain Youtube. Padahal ini lumayan penting, dokumen-dokumen yang di tinggalkan itu akan memperkuat alur cerita dan akan memperdalam tentang keadaan dunia yang sedang terjadi di dalam game ini. Kadang juga dokumen-dokumen ini saling berhubungan dengan dokumen di tempat lainnya. Percakapan dari masing-masing karakter saat di dalam perjalanan akan memperkuat hubungan dari masing-masing karakter, membuat kita lebih mengenal dan menimbulkan rasa simpatik terhadap karakter tersebut. Saya sangat suka bagaimana hubungan karakter antara Abby dan Lev serta Ellie dan Joel.
Mohon maaf, saya sangat setuju saat karakter utama di seri game sebelumnya mati di sini, bukan karena apa-apa, namun saya merasa perlu,  dan memang harus di lakukan untuk membuat motivasi kuat dari karakter Ellie untuk membalas dendam, untuk memancing kemarahan dari pemainnya. karakter Ellie juga di buat menyaksikan kejadian yang memilukan itu terjadi, menghasilkan sebuah dendam yang sangat besar tumbuh dari dalam Ellie, yang lama ke lama-an akan membakar hangus dirinya sendiri. Ini lah inti dari cerita pada game ini. Saya rasa jika karakter lain yang dikorbankan, rasa marah kita tidak akan se besar ini. Developer cukup berhasil membuat banyak gamer marah karena hal ini.
Saya sangat-sangat-sangat menikmati story dari game ini, karena saya yakin kedepan-nya mungkin tidak akan ada game yang memiliki sebuah story yang unik seperti ini, se-berani ini. Beberapa adegan dalam game ini saya rasa cukup kuat, dimana saat Joel merayakan ulang tahun Ellie, dan mengajak ke museum, di situ saya sangat terharu melihatnya, terlihat hubungan mereka berdua yang awalnya bahagia lalu mulai menjadi buruk, sumpah setiap adegan, setiap dialog disusun secara Jenius, time line yang di bagi menjadi 2 tempat yang berbeda, masing-masing karakter Ellie dan Abby yang membayangkan masa-masa bahagia di sajikan dengan warna cerah dan suatu waktu mulai menjadi kelam, sungguh sangat seimbang. Kedua karakter ini bagai sebuah cermin dengan kedua sisi yang berbeda.
Saat saya memainkan ke 2 kalinya, saya menjadi sangat paham time line dari game ini, misal saat Ellie ada di arena rumah sakit, pada posisi itu saya bisa membayangkan Abby yang habis dari rumah sakit untuk mencari alat kesehatan dan kembali ke aquarium, dan time line ini di kunci dengan suasana hujan dari kecil, sedang, deras dan badai. Kalau kita memainkan game ini penuh konsentrasi pasti kita bisa memahami timeline dari game ini. Saat memainkan pertama kali jujur saya sempat bingung dengan beberapa dialog dan time line yang ada, misal di arena rumah sakit Ellie menanyai dimana Abby ke pada karakter Nora, dan si Nora tutup mulut, kalau memainkan yang kedua kali kita jadi sangat paham alurnya. Ada juga karakter Owen yang belajar me-manah dam alkimia yang membuat kita mengira nanti karakter ini akan membolot dan pindah ke kelompok Scar padahal tidak.
Detail suara dan sound design yang sangat luar biasa detail, kenapa hal ini saya highlight, karena ini merupakan sebuah game yang full saya mainkan menggunakan headphone, suara gesekan rumput, gemercik air hujansuara udara, burung, hewan liar, kayu dan ranting ber-gesek (suara alam), lantai tua yang berdecit semua sangat immersive, sangat mewakili suasana pada saat itu, di era dunia tanpa listrik tanpa suara-suara elektronik dan teknologi. Beberapa musuh juga mengeluarkan suara khas yang berbeda-beda, dan benar-benar kita harus memanfaatkan indra pendengaran dengan baik.
Untuk mekanisme permainan dan grafis sudah tidak perlu di tanyakan lagi, karena menggunakan engine dari seri Uncharted walau terlihat mirip namun menurut saya memiliki ciri khas sendiri. Mekanisme upgrade skill dan weapon saya rasa cukup membuat game ini menjadi seimbang. Penggunaan senjata yang harus kita ubah-ubah mengikuti suasana, saat musuh masih belum tau posisi saya biasanya saya menggunakan pistol dengan peredam, atau panah yang sunyi tidak terdeteksi musuh. Saat sudah ketahuan saya menggunakan pistol magnum, shotgun untuk musuh yang berkumpul atau kuat dan sniper refile untuk musuh pada jarak jauh.
Overall ini sebuah game yang saya anggap sebuah maha karya, sebuah game survival horror dengan cerita menarik dan karakter-karakter yang cukup memiliki kepribadian yang kuat. Awalnya saya mencari-cari kesalahan, kekurangan, dan kejelekan dari game ini, namun saat memainkan yang kedua kali, saya menjadi sangat yakin kalau game ini sangat layak untuk saya nobatkan menjadi sebuah game yang sempurnaDendam hanya akan menyakiti diri kita sendiri adalah sebuah pesan moral yang di berikan dalam game ini. Masing-masing karakter sebenarnya di berikan sebuah kesempatan untuk hidup tenang dan bahagia namun mereka membuang semua itu. Beberapa adegan terlihat sangat megah yang baru saya temui di game ini seperti saat Abby di atas gedung tinggi, saat penyerangan pulau scar yang terbakar dan masih banyak lagi. Saya juga sangat suka suasana yang terlihat basah, kabut, tanaman hijau dan selalu hujan di game ini.
*Note
Somehow, saya merasa apa keputusan Joel di Last of us pertama sudah benar, dengan lebih memilih nyawa Ellie di banding menemukan Vaksin. Karena saya rasa apa pun yang terjadi vaksin immune itu tidak akan berhasil, umat manusia tetap punah..di adegan terakhir saat Joel bilang "if somehow the Lord gave me a second chance at that moment... I would do it all over again!" Betapa sayang-nya Joel sama Ellie. T_T

Score dari saya : 10/10 (extraordinary)

Dimainkan di PS4 Pro, HDR, 4K on

No comments

'
Theme images by suprun. Powered by Blogger.